Senin, 14 April 2014

Gelap Benderang.

Menelan rasa pelik, ingin rasanya aku gusar akan semua ini. Melayang dan melepaskan semua angan angan tentang dirimu. Aku tidak bodoh, aku tidak pintar. Hanya saja kau yang tak beraturan. Disaat ku tertatih mengeringi langit yang mulai menggelap, aku sadar bahwa sudah tidak akan lagi cahaya yang nampak. Hanya kecauwan burung-burung walet yang silih bergandi membisikan kicaunya kedalam kuping ku.

Ini sangat ramai. Ini sangat sepi. GELAP sudah menyapu seluruh pandangan mata yang hanya membuat pandangan lurus. Dan..., perlahan namun pasti tatapan ini pun perlahan memburam oleh galaknya gulita. Aku binggung,
aku takut untuk melangkah. Andai saja ada ibuku yang selalu menuntunku disaat berat seperti ini. Tapi, Sudah lah. Lebih baik aku istirahat. Istirahat dari dunia yang membosankan ini. Biarkan kelopak mata ini menutupi jendela dunia yang maha sempurna akan ciptaannya. Mungkin saja waktu itu kan segera tiba. Waktu dimana cahaya TERANG kan menyisir muka lusuh yang berdosa ini.

Dan aku hanya bisa berharap. Akan bisa bermain lagi bersama mu, tertawa bersama mu dan hanyut di dalam kesenangan yang amat mendalam hingga aku tak ingin terlepas darimu untuk semuanya. Tuhan izinkan aku melihatnya kelak di kemudian hari. Hari dimana ia akan bersuka hati meraih tangan ku, untuk ku genggam selamanya, seutuhnya, seluruhnya. Dan biarkanlah hari itu menjadi hari gelap yang paling terang benderang di palung cintanya.

14/04/2014
10:28 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar