Minggu, 09 Maret 2014

Myth - Sarina & Sadewa.

Beberapa hari yang lalu gw dapet cerita dari temen gw. Cerita yang menurut gw rada aneh. Tapi makna nya dalem banget. Cerita ini gw tulis pake bahasa gw sendiri dan udah gw ringkas sehingga lebih mudah untuk dicerna. Selamat membaca!

Di sebuah desa kecil hiduplah dua keluarga. Keluarga pertama hidup dengan kondisi yang berkucukupan dan sejahtera. Ayahnya adalah seorang saudagar sukses yang kayaraya, sedangkan ibunya seorang tokoh wanita yang dihormati. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang amat cantik jelita. Nama dari anak tersebut adalah “Sarina”. Karna kecantikannya tersebut Sarina pun menjadi primadona di desa tersebut. Sementara itu keluarga yang satunya berkehidupan serba sederhana. Bahkan cenderung pas-pas’an. Ayah nya yang seorang petani sudah meninggal, sedangkan ibunya seorang pedagang buah dan sayuran di pasar. Keluarga ini di karuniai seorang anak juga. Tetapi ia adalah seorang pria. Tidak tampan tapi tidak pula jelek. Dia adalah sosok pekerja keras yang ulet dan tidak mudah menyerah. Pria ini bernama Sadewa.

Seperti pria-pria pada umumnya di desa tersebut. Sadewa sangat amat kagum dengan kecantikan Sarina. Setiap pagi, siang, sore, hingga malam yang terbayang dalam benak Sadewa hanyalah paras cantik sang tambatan hati “Sarina”. Yak, Sadewa sangat mencintai Sarina.

Disuatu pagi yang cerah, Sadewa meminta sebuah permohonan dengan penuh sukacita yang berselip harapan besar kepada ibunda’nya. “ibu, saya ingin mempersunting Sarina sebagai istriku. Tolong lamarkan saya kepada keluarganya bu!” ungkapnya sederhana dengan wajah berbinar.
Wajah ibunda Sadewa sontak kaget mendengar pernyataan dari putranya tersebut. Dalam hati kecilnya sempat ada keraguan. “Bagaimana mungkin keluarga kayaraya tersebut mau menerima anak lelaki dari keluarga yang sederhana ini?”

Tak ingin putranya kecewa, Akhirnya ibunda sadewa menuruti permohonan anak semata wayang’nya. Dengan muka agak khawatir ibunda sadewa & Sadewa pun beranjak dari rumah nan sederhana menuju rumah megah dan mewah bak istana khayangan. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan baik oleh tuan rumah. Mereka duduk di ruang tamu yang gemerlap dan elegan serta dihiasi oleh barang-barang mahal di setiap sudutnya, tak lupa mereka pun di dijamu dengan buah-buahan segar serta di beri minum-minuman yang pastinya lebih dari sekedar air putih.

Diruang tamu tersebut duduk lengkap satu keluarga. Ayah, ibu, dan Sarina. Ia duduk di sebelah ibunda’nya. Dan tepat berhadap-hadapan dengan Sadewa. Sadewa tanpa henti-hentinya memandangai paras cantik wajah Sarina dengan penuh hasrat memiliki. “Ada gerangan apa kedatangan ibu kekeluarga kami?” ujar ayah sarina. “Begini pak, anak saya ingin mempersunting putri bapak Sarina…” jawab singkat ibunda Sadewa. “Apa? Bagaimana mungkin anak petani seperti kamu bisa menikahi putri ku ini” Jawab marah ibunda Sarina sambil menunjuk jarinya tepat kearah wajah Sadewa. “Saya pun tak sudi mempunyai suami yang lebih miskin dari saya” Susul sahut Sarina sambil berdiri dan meninggalkan ruangan. Wajah mereka merasa terhina. Sadewa pun sedikit tidak percaya atas perkataan Sarina yang menolaknya dengan begitu kasar.

“Kecewa” bercampur “Malu” yang sangat teramat mengiringi kepulangan keluarga sadewa dari rumah yang megah tersebut. Hanya kedua perasaan itu yang ada dibenak ibu & putranya. Sesampainya dirumah ternyata sang ibu lebih sakit hati ketimbang putranya. Sang ibu menyalahkan sadewa atas permintaan konyolnya tersebut. Karna tak kuat menahan rasa malu yang begitu hebat dari tetangga dan keluarga terdekat. Ibunda sadewa mengusir putranya dari rumah untuk sementara waktu.

Sadewa pun beranjak dari rumahnya. Iya pergi melanglang buana. Rasa sedih, kesal, kecewa, menyelimuti benaknya di sepanjang langkahnya. Hingga ia akhirnya bertemu dengan kawan lamanya yang bernama Galih. Iya menceritakan seluruh keluh-kasahnya tentang penolakan yang ia terima dari keluarga Sarina.  Sadewa meengaku geram dan dendam kepada Sarina, karna ia menolak dengan begitu kasar dan membuat ibunya dicekam rasa malu, sampai – sampai membuat ia diusir dari rumah.

Mendengar cerita yang demikian ironis, Galih mencoba menawarkan solusi. Iya menyuruh sadewa berkunjung ke kakek akung agar dia bisa membalas dendamnya. Tawaran Galih langsung serta-merta di terima oleh sadewa. Akhirnya ia pergi menuju kediaman kakek akung. Sesampainya disana Sadewa bercerita tentang pengalamannya kepada kakek akung.

Kakek akung langsung mengerti apa yang diceritakan oleh anak muda tersebut. Dan langsung memberikan sebuah ritual untuk membalaskan dendamnya tersebut. Ritualnya adalah ia harus berpuasa selama 40hari penuh. Tanpa makan dan minum. Dengan hati penuh kebencian Sadewa meng-iya-kan untuk menjalankan ritual tersebut.

Ritual telah di lakukan dengan lancar dan tanpa hambatan berarti. Setelah ritual selesai dilakukan Sadewa pun kembali lagi ke desa kelahirannya. Betapa anehnya… Sarina seperti orang gila memohon kepada Sadewa agar iya menikahinya. Tetapi Sadewa menolak. “Kamu telah merendahkan martabat ku. Aku tidak sudi memiliki istri yang sombong seperti mu!” Penolakan keras Sadewa terhadap Sarina.

Sarina yang sudah setengah gila itu pada akhirnya menjadi sengsara oleh tekanan batin. Lantaran ia hanya menyebut-nyebut nama sadewa disetiap harinya. Sampai-sampai iya lupa makan dan kemudian jatuh sakit lalu tak beberapa lama kemudian akhirnya Sarina meninggal dunia. Sedangkan Sadewa sendiri, karna ia menahan lapar selama 40 hari ia pun akhirnya menyusul meninggal dunia.
Keduanya meninggal, dan di kuburkan bersebelahan.

Kakek akung sebelumnya sudah berpesan kepada Sadewa. “Jika kamu telah berpuasa 40 hari dia akan jatuh cinta kepadamu. Kamu harus segera menikahinya. Karna bila tidak, sang wanita akan mati begitu juga sang pria. Akan mati juga.” Itu kutukannya tutur kakek akung.

Sadewa paham  betul apa yang di wasiatkan kakek akung kepadanya. Lantas, mengapa ia tidak menikahi Sarina?

Sederhana. Ia telah sakit hati. Seorang pria bisa melakukan hal GILA bila iya sudah sakit hati. Termasuk mengorbarkan nyawanya.

Sekian yang bisa gw ceritakan. Rada aneh bukan? Gw ada pertanyaan… kira-kira siapa yang salah? Gw sendiri binggung ketika teman gw bertanya hal yang demikian kepada gw. karna keduanya sama-sama error otaknya.

Hikmah yang bisa diambil : Pikir sendiri!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar