Beberapa hari yang lalu gw dapet
cerita dari temen gw. Cerita yang menurut gw rada aneh. Tapi makna nya dalem
banget. Cerita ini gw tulis pake bahasa gw sendiri dan udah gw ringkas sehingga
lebih mudah untuk dicerna. Selamat membaca!
Di sebuah desa kecil hiduplah dua
keluarga. Keluarga pertama hidup dengan kondisi yang berkucukupan dan
sejahtera. Ayahnya adalah seorang saudagar sukses yang kayaraya, sedangkan
ibunya seorang tokoh wanita yang dihormati. Mereka dikaruniai seorang anak
perempuan yang amat cantik jelita. Nama dari anak tersebut adalah “Sarina”. Karna
kecantikannya tersebut Sarina pun menjadi primadona di desa tersebut. Sementara
itu keluarga yang satunya berkehidupan serba sederhana. Bahkan cenderung
pas-pas’an. Ayah nya yang seorang petani sudah meninggal, sedangkan ibunya
seorang pedagang buah dan sayuran di pasar. Keluarga ini di karuniai seorang
anak juga. Tetapi ia adalah seorang pria. Tidak tampan tapi tidak pula jelek. Dia
adalah sosok pekerja keras yang ulet dan tidak mudah menyerah. Pria ini bernama
Sadewa.
Seperti pria-pria pada umumnya di
desa tersebut. Sadewa sangat amat kagum dengan kecantikan Sarina. Setiap pagi,
siang, sore, hingga malam yang terbayang dalam benak Sadewa hanyalah paras
cantik sang tambatan hati “Sarina”. Yak, Sadewa sangat mencintai Sarina.
Disuatu pagi yang cerah, Sadewa
meminta sebuah permohonan dengan penuh sukacita yang berselip harapan besar kepada
ibunda’nya. “ibu, saya ingin mempersunting Sarina sebagai istriku. Tolong lamarkan
saya kepada keluarganya bu!” ungkapnya sederhana dengan wajah berbinar.
Wajah ibunda
Sadewa sontak kaget mendengar pernyataan dari putranya tersebut. Dalam hati
kecilnya sempat ada keraguan. “Bagaimana mungkin keluarga kayaraya tersebut mau
menerima anak lelaki dari keluarga yang sederhana ini?”
Tak ingin putranya kecewa, Akhirnya
ibunda sadewa menuruti permohonan anak semata wayang’nya. Dengan muka agak
khawatir ibunda sadewa & Sadewa pun beranjak dari rumah nan sederhana
menuju rumah megah dan mewah bak istana khayangan. Sesampainya di sana, mereka
disambut dengan baik oleh tuan rumah. Mereka duduk di ruang tamu yang gemerlap
dan elegan serta dihiasi oleh barang-barang mahal di setiap sudutnya, tak lupa mereka
pun di dijamu dengan buah-buahan segar serta di beri minum-minuman yang
pastinya lebih dari sekedar air putih.
Diruang tamu tersebut duduk lengkap
satu keluarga. Ayah, ibu, dan Sarina. Ia duduk di sebelah ibunda’nya. Dan tepat
berhadap-hadapan dengan Sadewa. Sadewa tanpa henti-hentinya memandangai paras
cantik wajah Sarina dengan penuh hasrat memiliki. “Ada gerangan apa kedatangan
ibu kekeluarga kami?” ujar ayah sarina. “Begini pak, anak saya ingin
mempersunting putri bapak Sarina…” jawab singkat ibunda Sadewa. “Apa? Bagaimana
mungkin anak petani seperti kamu bisa menikahi putri ku ini” Jawab marah ibunda
Sarina sambil menunjuk jarinya tepat kearah wajah Sadewa. “Saya pun tak sudi
mempunyai suami yang lebih miskin dari saya” Susul sahut Sarina sambil berdiri
dan meninggalkan ruangan. Wajah mereka merasa terhina. Sadewa pun sedikit tidak
percaya atas perkataan Sarina yang menolaknya dengan begitu kasar.
“Kecewa” bercampur “Malu” yang
sangat teramat mengiringi kepulangan keluarga sadewa dari rumah yang megah
tersebut. Hanya kedua perasaan itu yang ada dibenak ibu & putranya.
Sesampainya dirumah ternyata sang ibu lebih sakit hati ketimbang putranya. Sang
ibu menyalahkan sadewa atas permintaan konyolnya tersebut. Karna tak kuat
menahan rasa malu yang begitu hebat dari tetangga dan keluarga terdekat. Ibunda
sadewa mengusir putranya dari rumah untuk sementara waktu.
Sadewa pun beranjak dari rumahnya. Iya
pergi melanglang buana. Rasa sedih, kesal, kecewa, menyelimuti benaknya di sepanjang
langkahnya. Hingga ia akhirnya bertemu dengan kawan lamanya yang bernama Galih.
Iya menceritakan seluruh keluh-kasahnya tentang penolakan yang ia terima dari
keluarga Sarina. Sadewa meengaku geram
dan dendam kepada Sarina, karna ia menolak dengan begitu kasar dan membuat
ibunya dicekam rasa malu, sampai – sampai membuat ia diusir dari rumah.
Mendengar cerita yang demikian
ironis, Galih mencoba menawarkan solusi. Iya menyuruh sadewa berkunjung ke
kakek akung agar dia bisa membalas dendamnya. Tawaran Galih langsung serta-merta
di terima oleh sadewa. Akhirnya ia pergi menuju kediaman kakek akung. Sesampainya
disana Sadewa bercerita tentang pengalamannya kepada kakek akung.
Kakek akung langsung mengerti apa
yang diceritakan oleh anak muda tersebut. Dan langsung memberikan sebuah ritual
untuk membalaskan dendamnya tersebut. Ritualnya adalah ia harus berpuasa selama
40hari penuh. Tanpa makan dan minum. Dengan hati penuh kebencian Sadewa
meng-iya-kan untuk menjalankan ritual tersebut.
Ritual telah di lakukan dengan lancar
dan tanpa hambatan berarti. Setelah ritual selesai dilakukan Sadewa pun kembali
lagi ke desa kelahirannya. Betapa anehnya… Sarina seperti orang gila memohon
kepada Sadewa agar iya menikahinya. Tetapi Sadewa menolak. “Kamu telah
merendahkan martabat ku. Aku tidak sudi memiliki istri yang sombong seperti mu!”
Penolakan keras Sadewa terhadap Sarina.
Sarina yang sudah setengah gila itu
pada akhirnya menjadi sengsara oleh tekanan batin. Lantaran ia hanya
menyebut-nyebut nama sadewa disetiap harinya. Sampai-sampai iya lupa makan dan
kemudian jatuh sakit lalu tak beberapa lama kemudian akhirnya Sarina meninggal
dunia. Sedangkan Sadewa sendiri, karna ia menahan lapar selama 40 hari ia pun
akhirnya menyusul meninggal dunia.
Keduanya meninggal, dan di kuburkan
bersebelahan.
Kakek akung sebelumnya sudah
berpesan kepada Sadewa. “Jika kamu telah berpuasa 40 hari dia akan jatuh cinta
kepadamu. Kamu harus segera menikahinya. Karna bila tidak, sang wanita akan
mati begitu juga sang pria. Akan mati juga.” Itu kutukannya tutur kakek akung.
Sadewa paham betul apa yang di wasiatkan kakek akung
kepadanya. Lantas, mengapa ia tidak menikahi Sarina?
Sederhana. Ia telah sakit hati. Seorang
pria bisa melakukan hal GILA bila iya sudah sakit hati. Termasuk mengorbarkan
nyawanya.
Sekian yang bisa gw ceritakan. Rada
aneh bukan? Gw ada pertanyaan… kira-kira siapa yang salah? Gw sendiri binggung
ketika teman gw bertanya hal yang demikian kepada gw. karna keduanya sama-sama
error otaknya.
Hikmah yang bisa diambil : Pikir
sendiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar